Kebangkitan Linux, Si Pinguin yang Murah hati
Jakarta, Sinar Harapan
Pengembang program sistem operasi piranti lunak Microsoft agaknya harus mulai waspada. Linux, sistem operasi komputer yang dulu dipandang sebelah mata, kini mulai bangkit menjadi pesaing. Sejumlah perusahaan elektronik raksasa rama-ramai bermigrasi ke program yang berlogo pinguin tersebut.
Tidak kurang nama besar seperti Sony, Sharp, Toshiba, Matsushita, Hitachi, NEC, Royal Philips Electronics dan Samsung mengumumkan bahwa mereka bisa menghemat biaya lisensi verkat memakai program-program Linux. Bahkan kedelapan perusahaan tadi membentuk suatu aliansi yang diberinama CE Linux Forum. Dalam forum ini para vendor tersebut akan melebarkan pemakaian program Linux dalam perusahaannya, Saat ini Sony mengunakan program Linux untuk mendukung Cocoon, produk video rekamannya di Jepang. Sementara Sharp memakai basis Linux untuk penggunaan komputer sehari-harinya.
Tindakan ini merupakan respon dari kebijakan Microsoft yang mengharuskan user membayar lisensi atas setiap program yang dipakainya. Di sisi lain, Linux selama ini dikenal dengan keandalan sistem open source-nya. Dengan sistem pakai open source ini maka setiap pemakai program Linux bisa bebas men-download-nya dari mana saja. Di Internet ada segudang situs dimana kita bisa bebas melakukan download program Linux dan meng-upgrade-nya. Semua tanpa biaya dan izin-izin khusus. Begitu pula jika terjadi problem, maka seluruh programer Linux yang ada di seantero dunia bisa saling membantu memperbaiki.
Di Indonesia, menurut data pada www.linux.web.id, saat ini ada lebih dari 2000 pengguna Linux. Masih kecil memang. Namun kalau diperhatikan, cukup banyak situs yang menawarkan program Linux secara sukarela. Sebut saja www.indolinux.com, www.linux.or.id, www.gerbanglinux.com, www.rab.co.id www.infolinux.co.id dan banyak lagi. Bagi user yang penasaran dan ingin mencoba-coba program temuan Linus Torvalds ini, silakan mengeklik situs-situs tadi.
Perangkat keras yang diperlukan tak lebih dari Personal Computer (PC) dengan kapasitas 150MB, RAM 2MB dan sedikit ruang untuk develompemnt tools, data dan sebagainya. Jadi diperlukan hard disk berkapasitas spasi 250MB dan 12-16 MB RAM. Keperluan ini akan meningkat kalau ingin ditambahi Xwindow.
Sama seperti sistem operasi lain, Linux sesungguhnya bisa mendukung pelbagai piranti keras yang ada. Tapi sayangnya sangat sedikit pengembang hardware yang mendesain driver yang bisa dioperasikan dengan Linux.
Lisensi
“Tidak juga. Kalau pada masa sekitar 1997-1998 memang betul masih banyak PC yang hardwarenya tidak compatible dengan Linux. Tapi PC buatan sekarang sudah banyak yang bisa dioperasikan dengan Linux,” ujar Batara Surya, Ketua Kelompok Pengguna Linux Indonesia (KPLI) kepada SH saat dijumpai di kantornya di Jakarta, Rabu(9/7). Ia tidak bisa menjawab dengan pasti berapa jumlah pengguna Linux di Indonesia, namun KPLI Jakarta saja sudah mencatat sekitar 600 anggota yang terdiri atas perorangan, perkantoran maupun mahasiswa yang gemar “mengoprek” komputer. Batara yang juga professional Services Officer pada Trabas, perusahaan pengembang olusi berbasis Linux ini juga menyebut angka 200 untuk jumlah klien Trabas. Semuanya rata-rata perkkantoran yang memanfaatkan aplikasi Linux untuk server. Sedangkan untuk desktop, perkantoran biasanya memakai aplikasi word, networking, presentasi atau tools lain yang sudah terkemas berikut dengan sistem operasi. Inilah yang membedakan Linux dengan Windows milik Microsoft. Untuk bisa menikmati produk Windows, sebuah kantor harus menginstal sistem operasi Windows yang dijual terpisah dengan aplikasinya. Kalau kantor tersebut ingin menambahkan aplikasi seperti MS Office 2000 misalnya, maka ia harus membeli lagi lisensinya yang berharga ratusan dolar AS. Setiap program baru yang akan ditambahkan ke dalam PC, user harus merogoh kocvek lagi.
Sementara Linux mengenal open source, dimana program-program baru bisa diinstal dari mana. Apa ini berarti Linux tidak punya hak cipta dan lisensi? “Siapa bilang. Kami punya hak cipta yang dilindungi hukum juga. Sedangkan lisensi juga ada, namun sifatnya GNU General Public License (GPL), dimana setiap pemakai diizinkan memperbanyak, memodifikasi dan menyebarkan atau menjualnya kembali,” jelas Batara.
Bahkan sistem operasi Linux sendiri bisa dibeli dalam bentuk Compact Disc (CD) software yang dijual bebas di pasaran. Entah CD itu bajakan di Glodok atau men-copy dari teman, pihak Linux sama sekali tak ambil pusing. Dengan sistem lisensi bebas merdeka macam itu, bukan berarti teknologi Linux tidak bisa dibisniskan sama sekali. Para programer Linux di seantero dunia memang bisa saling berkomunikasi menciptakan program aplikasi baru. Namun masih banyak awam yang butuh teknisi Linux. Maka bertebaran lah perusahaan pengembang solusi Linux seperti Trabas, Trustix, Nurul Fikri dan banyak lagi. Mereka menjual jasa maintenance, training, konsultasi dan sejenisnya bagi para pengguna Linux.
Bebas Virus
Kian banyaknya peminat Linux yang mulai menggejala saat ini tidak terlepas pula dengan tampilan program Linux yang kian menawan. Menurut Batara, di awal kemunculannya Linux tampil dengan program yang menggunakan Command Line Interface (CLI). Program yang agak sulit dimengerti ini awam ini mengharuskan user mengetik perintah atau command dalam bentuk tulisan tertentu. Bagi mereka yang sudah mengenal PC sejak awal pasti ingat dengan sistem operasi DOS. Kira-kira seperti itulah penampilan Linux dulu. Kelamaan Linux mulai dikembangkan dengan Graphical User Interface (GUI) yang menarik. Pengguna cukup mengeklik gambar-gambar tertentu saja untuk melakukan command, tak kalah simpel dengan Windows milik Microsoft. Jadi kalau ada yang bilang penggunaan Linux itu sulit, mereka salah besar. Hanya orang selama ini memang sudah terbiasa dengan Windows yang sudah mendominasi berbagai PC, baik di perkantoran, rumah maupun rental komputer.
Pengembangan Linux tidak dilakukan oleh satu orang saja. Kendati Linus Torvalds diakui sebagai pencipta pertamanya, sebenarnya Linux yang kita kenal kini merupakan hasil pemrogaman seluruh programer di dunia. Torvalds adalah orang yang mengumumkan mengenai Linux di newsgoup dan sejak tahun itu jugalah orang-orang yang tertarik untuk mengembangkan Linux di seluruh dunia mulai memulai proyek pengembangan Linux.
Batara menuturkan, di masa mendatang prospek penggunaan Linux di Indonesia cukup baik. Terlebih sejak diumumkannya UU Haki yang mengharuskan orang memakai piranti lunak resmi. Seperti kita tahu, software asli dari Microsoft yang selama ini banyak dipakai memasang harga terlalu tinggi untuk kebanyakan orang Indonesia. Otomatis perusahaan yang ingin melakukan penghematan akan beralih ke teknologi alternatif yang menawarkan harga lebih ringan. Dan Linux adalah jawabannya. Tengok saja, paket RedHat 5.2 bisa didapat dengan harga hanya Rp.30.000-50.000. Kalau men-copy dari teman akan gratis tentu saja. Aplikasinya bisa utilitas untuk bahasa program populer seperti C, C++, Pascal dan lainnya, tampilan grafis (GUI) dengan X windows dan beberapa window manager, perangkat server seperti Apache web server, wu-ftp ftp server, sendmail mail server dan lainnya, Netscape Communicator, perangkat image processing dan lain-lain.
Di samping murah, ada satu hal lagi kelebihan Linux yang tak dipunyai Microsoft. “Kami tidak mengenal virus, karena memang selama ini tidak ditemukan virus dalam program Linux,” demikian Batara.(mer)
Friday, March 12, 2004
Subscribe to:
Posts (Atom)
Blog Archive
-
►
2006
(9)
- ► 11/26 - 12/03 (1)
- ► 07/23 - 07/30 (2)
- ► 06/18 - 06/25 (1)
- ► 06/04 - 06/11 (1)
- ► 02/19 - 02/26 (1)
- ► 02/12 - 02/19 (2)
- ► 01/01 - 01/08 (1)
-
►
2005
(6)
- ► 11/27 - 12/04 (2)
- ► 09/18 - 09/25 (4)
-
▼
2004
(7)
- ► 05/23 - 05/30 (1)
- ► 04/25 - 05/02 (2)
- ► 03/28 - 04/04 (2)
- ► 01/04 - 01/11 (1)
-
►
2002
(3)
- ► 12/01 - 12/08 (2)
- ► 11/24 - 12/01 (1)
About Me
- Merry Magdalena
- Journalist, writer, blogger, dreamer, traveller. Winner of some journalist awards (yuck!), a ghostwriter of some techie books.